Senin, 20 April 2015

Diari Fotografi I: Jembatan TekSas

Momen, satu dari empat elemen fotografi, dalam KBBI memiliki pengertian waktu yang pendek, atau saat. Ada yang bilang, orang tidak ingat tanggal, orang ingat momen. Begitulah adanya, aku kadang ingat kejadian tapi nggak ingat kapan hari dan tanggalnya. Fotografi digital membantu orang mengingat momen, karena selain menjadi bukti visual suatu peristiwa, juga ada catatan teknis dalam file foto (dari jam, tanggal, sampai kamera apa, lensa apa, jenis metering apa).

Pepatah mengatakan, kesempatan tidak datang dua kali. Ada benarnya, kecuali bahwa masa depan masih misteri, mungkin saja kesempatan datang dua kali, tiga kali, berkali-kali, atau sekalipun tidak. Seperti saat aku ingin memotret jembatan TekSas, salah satu ikon kampus UI. Jembatan ini diresmikan tahun 2007, menghubungkan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya dan Fakultas Teknik. Ciri khasnya adalah bentuk lingga di ujung jembatan dan yoni di ujung jembatan satunya.

Berkali-kali aku memotret jembatan itu, sejak awal kuliah hingga beberapa tahun berikutnya, dari sekadar pakai hp hingga kamera dslr. Ada satu saat di mana aku berkesempatan memotretnya di malam hari. Saat itu menjelang tengah malam, aku sengaja membawa kamera dslr dan tripod. Saat itu suasana sepi, angin semilir, dingin. Lampu penerang jembatan menyala dari kedua sisi tepian, menerangi struktur jembatan yang berwarna kuning, merah dan biru, menimbulkan kesan hangat. Nggak ada coretan vandalisme yang terlihat. Situ di bawahnya tampak dangkal, namun bersih. Ada orang menjaring ikan di bawah jembatan. Aku memasang tripod di sisi Fakultas Ekonomi (sebelah Fakultas Teknik), mengatur eksposur yang menurutku tepat, menentukan angle dan komposisi, dan menunggu orang yang menjaring ikan nggak kelihatan dalam frame. Klik.

Bertahun-tahun kemudian, beberapa kali aku kemari, dengan kamera yang punya kualitas gambar lebih bagus, lensa yang lebih lebar, pengetahuan dan pengalaman yang lebih banyak, aku nggak pernah dapet kualitas seperti ini lagi.

Vandalisme, lampu mati, sampah. Sayang sekali.

Mungkin kesempatan itu tidak akan terulang, atau setidaknya hingga saat ini. Semoga ikon kampus ini bisa dirawat lebih baik. Sayang kalau sekadar menjadi jalan penghubung antar fakultas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar