Jumat, 20 Agustus 2010

Nostalgia Kota Malang Tempo Doeloe

Selamat datang oentoek para pembatja blog saja.
Kali ini saja ingin mentjeriterakan perdjalanan saja ke kota malang oentoek bernostalgia masa-masa ketika sering berkoendjoeng ke sana.
Masa-masa itoe soenggoeh menjenangkan.
Saja tidak ingin bertele-tele, djadi selamat menikmati.





































Kamis, 10 Juni 2010

Rusa di Kampus Universitas Indonesia

Setelah mencari penjaga hutan dan kepala asrama, aku pergi lagi ke kampus. Dengan bis kuning (bikun) aku beranjak dari asrama kampus, lalu turun di halte stasiun Universitas Indonesia. Kemudian, aku berjalan melewati kandang rusa.

Beberapa rusa terlihat sedang mencari makan. Ada yang berkelompok, ada yang menyendiri. Aku mendekat ke pagar lalu mulai menggambil beberapa gambar. Beberapa rusa terlihat tertarik dengan kedatanganku sehingga mereka menghampiriku. Aku mencoba memberi mereka dedaunan yang gugur dan mereka mau memakannya. Aku mengambil daun lagi dan rusa yang mendekatiku memakannya. Semakin lama semakin banyak rusa yang mendekatiku, dari satu ekor hingga sekitar 4-5 ekor. dan diikuti beberapa rusa lain yang mulai mendekat.

Tiba-tiba rusa-rusa itu bergerak menuju pintu. Ternyata dua petugas perawat rusa datang memberi makan. Satu orang menjaga pintu kandang, satu orang memberi makan. Aku tertarik untuk mengobrol dengan mereka. Aku pun bergerak menuju pintu kandang rusa mendekati seorang petugas yang berdiri di dekat pintu.

Singkat cerita, menurut petugas yang aku ajak ngobrol, rusa-rusa tersebut ada di Universitas Indonesia sejak sekitartahun 2002. Rusa-rusa tersebut berasal dari taman Monas yang kemudian dipindahkan. Oleh Gubernur DKI pada saat itu (Sutiyoso), sepuluh rusa diberikan kepada Universitas Indonesia. Kini, rusa tersebut berjumlah sekitar 38 ekor. Petugas tersebut mengatakan, ada seekor rusa yang sedang mengandung dan kemungkinan minggu ini akan melahirkan.

Sambil mengobrol, aku meminta izin untuk memotret rusa dari dalam kandang. Petugas tersebut membolehkan. Aku pun segera segera masuk ke dalam kandang dan bersiap memotret. Pada awalnya aku ingin mendekati rusa-rusa itu, namun seorang petugas yang lain ternyata sedang mempersiapkan makanan tambahan di dekat pintu masuk. Aku pun kembalai ke dekat pintu masuk dan bersiap memotret. Baru mundur beberapa langkah, para petugas membuka karung berisi ampas tahu dan memanggil rusa-rusa dengan seruan mirip suara rusa. Rusa-rusa itu pun lari menuju para petugas. Aku pun segera membidik para rusa dan mengambil beberapa gambar.

Setelah rusa-rusa mulai makan, kami segera keluar dari kandang. Setelah memastikan pintu tergembok, para petugas itu pergi. Tak lupa aku berpamitan dengan mereka.

Memotret satwa menarik juga. Mungkin suatu saat aku dapat memotret rusa tidak di dalam kandang, tapi di alam bebas. Siapa tahu aku bisa menjadi kontributor foto, fotografer atau photo journalist media yang berhubungan dengan alam dan perjalanan. Salah satunya, media favorit dan harapanku, National Geographic. Hm...sebuah cita-cita berbagi dengan masyarakat dunia melalui fotografi.

Rabu, 02 Juni 2010

Pintu Perlintasan Barel-FH Ditutup(?)

Pada tanggal 31 Mei 2010 pagi terjadi penutupan pintu perlintasan Barel-FH. Seorang mahasiswi UI menyebutkan, penutupan pintu perlintasan tidak hanya terjadi di perlintasan Barel-FH namun juga pintu perlintasan Pondok Cina. Penutupan tersebut menimbulkan reaksi masyarakat sekitar. Pada jalan dari kawasan Barel menuju pintu masuk kampus terdapat tulisan-tulisan yang menentang kebijakan penutupan tersebut.
Penutupan pintu perlintasan Barel-FH tak berlangsung lama. Pada malam harinya, pintu tersebut telah dibuka kembali. Hingga hari Selasa pagi tanggal 2 Juni, pintu tersebut tetap terbuka seperti biasa, hanya ada satpam yang terlihat berjaga di dekat pintu perlintasan tersebut.
Menurut informasi yang didapat oleh penulis dari seorang karyawan rektorat, kebijakan penutupan pintu-pintu perlintasan tersebut menimbang terjadinya musibah kecelakaan seorang mahasiswa UI yang tertabrak kereta minggu kemarin.
Hingga berita ini ditulis, penulis belum mendapatkan keterangan lebih rinci dari pihat rektorat mengenai kebijakan tersebut dan mengapa kebijakan tersebut hanya bertahan beberapa jam saja.

Selasa, 13 April 2010

Bintang Dalam Toples

Suatu malam aku menginap dikamar teman di Asrama Wismarini, Jakarta, untuk persiapan menjemput adik-adik SMA dari Madiun yang mau ikut ujian SIMAK UI di Jakarta. Aku melihat ada bintang-bintang (hiasan berbentuk bintang yang dibuat dari kertas yang memanjang seperti pita) di dalam botol di atas meja belajarnya. Ia bercerita bahwa bintang-bintang itu didapat dari kekasihnya. Temanku yang juga menginap di situ juga bercerita bahwa ia juga mendapatkan bintang dari kekasihnya, jumlahnya 1000 buah.
Aku juga pernah menerima bintang dari seorang teman SMA. Bintang itu ada setoples ukuran sekitar belasan centimeter pada tinggi dan diameternya, entah berapa banyak jumlahnya dan berapa lama ia membuat semua itu.
Aku menghargai pemberiannya kepadaku, ia bersungguh dalam membuatnya sampai setoples. Sudah bertahun-tahun lamanya bintang-bintang itu, kalau tidak ada yang memindah, berada di dalam lemari di rumahku. Aku sengaja tidak membawanya ke tempat tinggalku sekarang agar bintang-bintang itu tidak tercecer. Untuk sementara aku hanya menyimpannya dengan aman sebagai wujud penghargaan pemberian itu. Mungkin suatu saat aku menemukan ide untuk membuatnya menjadi hiasan yang berguna daripada sekedar berada di dalam toples. Aku kira dia yang memberiku bintang-bintag itu akan senang kalau benda pemberiannya menjadi lebih berguna untuk penerima benda itu.

Terima kasih, Des.

Kamis, 11 Maret 2010

3 Buah Pisang Goreng dan Segelas Susu Dingin

Pada suatu siang hari, aku sudah pulang dari kuliah. Saat tiba di kantin, aku melihat pisang goreng yang baru saja matang. Tanpa pikir panjang aku membeli 3 buah. Ya, sudah lama aku tak menikmati jajanan murah meriah itu.
Hawa siang hari yang panas membuatku ingin minum minuman dingin. Maka aku membeli air mineral gelas dingin pula.

Ketika sampai di kamar aku mencampur air mineral itu dengan susu kental manis.
Lalu aku bersantai sambil menikmati pisang goreng dan segelas susu dingin.
Hm....
Hidangan murah meriah,
tapi begitu nikmat.
Sangat mengasyikkan menikmati pisang goreng, ditemani dengan segelas susu dingin di siang yang panas itu.
.....
Kadang kita lupa bersyukur atas nikmat kecil yang diberikan Allah.
Kali ini aku teringat, dengan hidangan sederhana namun begitu nikmat di siang hari itu.
Syukur aku utarakan kepadaNya atas rezeki hari ini, karena masih bisa menikmati hidangan yang sederhana tapi pas di saat itu. Alhamdulillah.

Mari mensyukuri nikmat yang dilimpahkanNya kepada kita, sekecil apapun.
:)

Sabtu, 20 Februari 2010

A Fable of Dolphin and Cat

Suatu hari ada seekor kucing mencari ikan di lautan. Kucing itu memakan ikan-ikan kecil yang ada di pinggir pantai, dan kalau beruntung ia mendapati ikan besar.

Suatu hari, saat si kucing sedang mecari ikan di pantai, ia melihat sesosok mahluk besar di di pinggir pantai. Ia mendekati mahluk itu. mahluk itu merupakan lumba-lumba yang terdampar di pinggir pantai. Lumba-lumba itu ternyata sedang terluka. Ia terlihat tak berdaya atas musibah yang dialaminya.

Kucing itu mencoba membantu lumba-lumba itu agar dapat berenang lagi. Kucing itu mendorongnya ke bibir pantai. Kucing itu berhasil mendorongnya ke bibir pantai. Sayangnya, saat ia mendorong lumba-lumba, beberapa kali cakarnya keluar dari tangannya dan melukai lumba-lumba itu. Yah, setidaknya dia telah berusaha membantu. Kucing itu hanya bisa menemaninya untuk beberapa saat sebelum pergi menjelajahi daerah yang lain.

Waktu telah tiba untuk si kucing untuk pergi jauh ke tempat lain untuk menjajaki dunia baru. Di saat terakhir sebelum pergi, lumba-lumba itu masih berdiam di bibir pantai. Si kucing berharap si lumba-lumba segera membaik dan berenang-renang lagi di lautan.

*********

Suatu hari kemudian, si kucing kembali ke pantai. Ia tak melihat lumba-lumba itu di pantai. Beberapa saat kemudian, ia melihat lumba-lumba itu jauh dari bibir pantai, berenang-renang bebas di lautan. Keadaannya sudah membaik rupanya. Kelihatannya si lumba-lumba tidak melihat keberadaan si kucing dipinggir pantai. Tak mengapa, ia terlihat mulai menjalani hidup dengan riang gembira.

Kucing itu kemudian melanjutkan kehidupannya mencari ikan di pinggir pantai, lalu menjelajahi daerah kehidupannya di tempat lain. Dan sesekali ketika si kucing datang ke pantai, ia menengok ke arah lautan. Siapa tahu ia melihat lumba-lumba itu lagi. Tentu saja ia tak berharap lumba-lumba itu kembali terdampar tak berdaya di pantai.




The End

Selasa, 09 Februari 2010

Renewal

Dear readers

This is where I will publish my articles, my ideas, anything I write and republish what I have written from other places.
I thinks it is time to make my site more open, so I open this blog.
Pleas enjoy my blog and give some comment. :)

Many thanks