Rabu, 16 Maret 2011

Seseorang Yang Mengagumkan

           Suatu waktu aku sekelas dengan sesorang yang biasanya beda kelas. Saat pembagian kelompok, aku mencari tahu beberapa nama yang belum mendapat kelompok. Dia salah satunya. Aku putuskan dia sekelompok denganku. Ya, barangkali aku bisa lebih mengenalnya dari sebelumnya.
            Karena kami jarang sekelas dan jarang bertemu kami berkomunikasi lewat situs jejaring sosial, sms, dan telepon. Hari Jumat, empat hari sebelum penyerahan makalah dan presentasi, kami baru bertemu untuk berbagi tugas. Beberapa hari yang lalu ia sakit sehingga tidak masuk kuliah dan kami tidak bisa bertemu. Hari itupun ia masih sakit. Katanya sedang flu karena musim pancaroba.
            Hari Senin, kami berencana bertemu lagi untuk melanjutkan pekerjaan. Namun, dia masih sakik. Katanya tubuhnya kembali panas. Baiklah, kami bisa berkomunikasi lewat telepon atau situs jejaring sosial. Aku sendiri belum selesai mengerjakan bagianku karena masih ada pekerjaan. Jadi, aku lanjutkan besok saja.
            Selasa pagi, aku membuka akun facebook dan menerima kabar darinya. Aku terkejut ia baru mengerjakan makalah dan presentasi dini hari tadi. Syukurlah selesai menjelang subuh. Hanya saja aku agak menyayangkan keadaannya yang kemarin masih sakit dan, yang aku tahu, dia punya aktivitas mengajar di suatu bimbingan belajar pada sore hari hingga malam.
            Aku terlambat masuk kelas karena printer yang aku pakai untuk mencetak makalah dan bahan presentasi harus diatur ulang, mengganti format ukuran kertas dan menunggu proses kalibrasi, dan aku agak gaptek menggunakan printer itu. kelompok yang maju presentasi saat aku datang ialah kelompok dua. Syukurlah kami punya waktu sebentar untuk mempersiapkan presentasi kami. Syukurlah presentasi kami berlangsung lancar.
            Setelah presentasi kami kembali duduk dan mengobrol. Ia menceritakan aktivitas mengajarnya, seperti apa bimbel tempa ia mengajar, rencana perkuliahannya, hingga latar balakangnya. Ia seorang anak tunggal hingga saat masih di SMA, setelah itu ia memiliki dua adik. Selisih umur mereka mungkin sekitar 17-19 tahun. Jauh sekali selisih umurnya, aku dan adikku saja ‘hanya’ berselisih umur sekitar sembilan setengah tahun. Karena permasalahan ekonomi yang terjadi pada keluarganya saat itu, ia mulai berusaha mandiri. Hingga sekarang ia punya penghasilan yang menurutku untuk biaya hidup sendiri rata-rata di Depok sudah lebih dari cukup. Untukku? Kurang lebih jumlah penghasilannya cukup untuk biaya hidupku sehari-hari, biaya kuliah tiap semester, kebutuhan akademik, dan untuk menabung. Menurutku sekarang ia sudah bisa hidup mandiri. Aku salut padanya.
            Dia seorang yang aktif bergerak. Dia bilangdia bukan tipe orang yang bisa bekerja diam di satu tempat dalam waktu yang lama. Dia senang dengan aktivitasnya mengajar karena ia bisa mengajar tidak hanya di satu cabang, namun juga cabang lain. Ya syukurlah kalau dia senang dengan aktivitasnya. Mengenai makalah dan presentasi yang baru ia kerjakan tadi dini hari, aku pikir itu karena ia baru sempat mengerjakannya.
            Dalam hal akademik dia berencana kuliah 5 tahun. Dia tidak ingin terburu-buru menyelesaikan kuliah. Dengan merencanakan kuliah satu tahun lebih lama ia bisa lebih mengatur aktivitas kuliah dan mengajarnya dan bisa lebih fokus belajar. Beberapa mata kuliah akuntansi yang belum ia ambil sampai semester ini akan dia ambil semester depan, harapannya agar bise lebih fokus pada mata kuliah-mata kuliah akuntansi dan mendapat nilai bagus. Baguslah ia telah merencanakan perkuliahannya dangan baik. Menurutku tidak masalah lulus lebih lama bila memang ada rencana-rencana baik untuk dilakukannya.
            Pembicaraan kami sempat mengarah ke arah masalah karir dan keluarga. Dia bilang jika dia telah menikah ia akan melakukan perannya dalam keluarga sebaik-baiknya. Dan dia juga tetap ingin berkarir. Ia mengerti pembagian peran dalam keluarga. Oleh karena itu ia ingin berkarir sesuai keinginannya dan tetap menjadi ibu rumah tangga yang baik. Peran utama mencari materi untuk keluarga bagian suami.
            Setelah perkuliahan selesai ia segera meninggalkan kelas. Obrolan singkat ini menyenangkan sekali. Ia mengatakan hanya beberapa orang teman sejurusan yang mengetahui cerita-cerita yang kami obrolkan hari ini. Orang yang mengetahui tentang aktivitasnya biasanya mengerti kenapa ia kadang baru menyelesaikan tugas kuliahnya saat mendekati deadline. Barangkali kalau kami satu kelompok lagi ataupun aku mengetahui ia sedang ada tugas, aku tidak keberatan untuk mengingatkannya untuk segera mengerjakannya.
            Aku senang bisa mengenal dirinya lebih jauh. Semoga dia bisa melakukan dengan sebaik-baiknya apa yang telah ia rencanakan. Perkuliahannya, aktivitas mengajarnya, semoga bisa ia jalani dengan sukses. Suaminya kelak merupakan orang yang beruntung memilikinya, aku pikir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar