Sabtu, 19 Maret 2011

Alur Kerja Peliputan Visual Foto oleh Fotografer untuk Keperluan Dokumentasi dan Jurnalistik

               Artikel ini ditujukan untuk workflow peliputan visual foto untuk keperluan dokumentasi dan jurnalistik Kantor Komunikasi UI. Workflow dibuat berdasarkan workflow fotografer pada masa saya menjadi fotografer di kantor tersebut dengan ditambah masukan-masukan yang saya ajukan. Untuk instansi/media lain menyesuaikan dengan aturan yang berlaku, dan dari waktu ke waktu mungkin terdapat perubahan alur kerja fotografer. Tanggapan dari pembaca akan berguna untuk membuat artikel ini lebih baik dan lebih bermanfaat. Tanggapan dapat disampaikan melalui email fandi_prasetyo_nurrakhman@yahoo.com

            Untuk memudahkan pengelolaan foto untuk dokumentasi dan jurnalistik, perlu adanya aturan-aturan yang dilaksnakan. Selama menjalani tugas sebagai fotografer penulis menemukan beberapa hal yang menjadi tantangan. Misal,baterai flash eksternal habis saat bertugas, lupa mengisi form tugas hingga berhari-hari, keterbatasan alat karena kamera DSLR kantor sedang dipinjam saat dibutuhkan dan sebagainya. Artikel ini akan membahas secara ringkas persiapan peliputan kegiatan, pelasanaan peliputan, pendokumentasian, pengeditan hingga penggunaan foto untuk kebutuhan dokumentasi di web dan jurnalistik.
            Foto hasil peliputan digunakan untuk keperluan dokumentasi dan jurnalistik. Sesuai dengan perkataan Arbain Rambey, fotografer dari media Kompas, dalam suatu forum fotografi, perbedaan antara foto dokumentasi dan foto jurnalistik terletak pada penggunaannya. Foto dokumentasi yaitu foto hasil liputan yang kemudian di simpan oleh pihak yang berkepentingan sebagai dokumentasi. Foto jurnalistik yaitu foto hasil liputan digunakan untuk kebutuhan pemberitaan, dimuat di media.

Persiapan peliputan
            Seorang fotografer perlu mempersiapkan diri untuk melakukan peliputan. Arbain Rambey dalam suatu seminar fotografi mengatakan, sebelum berangkat kepala isi, memori kosong, dan baterai penuh. Seorang fotografer perlu memperkirakan, atau mengetahui apa saja yang perlu dipotret untuk kebutuhan dokumentasi maupun jurnalistik. Memori kamera sebaiknya dikosongkan, atau setidaknya cukup untuk kebutuhan peliputan. Pastikan baterai kamera (dan baterai flash jika menggunakan) terisi penuh untuk menghindari kehabisan baterai saat meliput. Untuk keperluan backup, fotografer dapat membawa batera dan memori cadangan. Pastikan peralatan yang akan dipakai dapat bekerja dengan baik.
            Secara administratif, sebaiknya fotografer telah mengisi form penugasan sebelum berangkat untuk berbagai keperluan administratif fotografer, seperti mendata tugas liputan dan meminta reimbursement tugas luar. Pengisian form penugasan sebelum berangkat meliput acara juga berguna sebagai kontrol kita telah mengetahui acara apa yang akan diliput, kapan dan di mana acara berlangsung.
            Bila ada, fotografer juga perlu berkoordinasi dengan reporter maupun videografer yang ditugaskan. Kooordinasi berguna untuk menentukan apa saja perlu dipotret. Misal, reporter akan mewawancarai seseorang, fotografer diperlukan untuk memotret orang yang diwawancara tersebut.

Peliputan
            Saat peliputan, fotografer seharusnya dapat memberikan foto-foto untuk keperluan dokumentasi dan jurnalistik. Konsep 5W+1H sudah seharusnya dimengerti, sama seperti konsep-konsep dasar fotografi (segitiga eksposur, dan lain sebagainya). Fotografer juga perlu memperhitungkan tugas peliputannya, apakah ia diminta meliput acara/bagian acara secara menyeluruh dari awal hingga akhir atau cukup untuk dokumentasi dan jurnalistik. Hal ini perlu diperhatikan karena suatu waktu fotografer diminta untuk meliput secara penuh, seperti peliputan acara wisuda, atau cukup untuk dokumentasi dan jurnalistik, seperti acara seminar.
            Secara teknis, fotografer sudah harus paham konsep-konsep dasar fotografi dan mampu mengoperasikan peralatan yang dibawa dengan baik. Maksimalkan alat yang digunakan untuk memotret peristiwa sebaik-baiknya. Usahakan momen penting dapat terekam dengan baik, kesalahan teknis diminimalisasi. Contoh foto yang mempunyai kesalahan teknis yang pernah penulis temui saat memilih foto untuk keperluan jurnalistik yaitu terjadi misfokus. Kesalahan misfokus termasuk kesalahan yang tergolong mustahil untuk diperbaiki. Andaikan bisa diperbaiki dengan olah digital dengan usaha keras, memastikan fokus telah tepat sesaat sebelum menekan tombol rana dan memotret ulang saat foto terlihat misfokus merupakan hal yang lebih simpel dan tidak memakan waktu. Dalam memotret fotografer juga perlu memperhatikan estetika/keindahan foto, sehingga foto menarik untuk dilihat.

Pendokumentasian
            Setelah melaksanakan peliputan, fotografer melakukan pendokumentasian. Fotografer memasukkan file-file foto pada komputer dan diskdrive yang telah ditentukan. Format pembuatan folder yang baik yaitu dimulai dari tanggal (angka tahun,bulan, tanggal), lalu nama acara dan inisial fotografer. Contoh, 20110205-Wisuda Sarjana, Ekstensi, Vokasi (FPN). Pembuatan folder berdasarkan tahun, bulan lalu hari untuk memudahkan pencarian data foto dan pengadministrasian yang rapi. Penulisan inisial di judul folder diperlukan untuk memudahkan pencarian siapa yang telah memotret. Hal tersebut perlu sebagai bentuk tanggung jawab fotografer dalam melaksanakan liputan, dan hak fotografer mendapatkan pengakuan dan penghargaan atas foto-foto yang telah dihasilkan.
            Setelah memasukkan file foto ke dalam database dokumentasi foto, fotografer mencatat jumlah foto dan besar ukuran total foto yang dihasilkan. Hal ini diperlukan untuk mendata jumlah foto yang talah dihasilkan fotografer.
            Tugas dokumentasi selanjutnya, me-rename file foto, membuat list gambar foto dalam format PDF, akan dilakukan oleh kataloger. Untuk keperluan reimbursement, list gambar dalam format PDF diperlukan sebagai laporan hasil liputan yang disertakan bersama kopi form penugasan.

Editing dan Publikasi dokumentasi dan jurnalistik
            Selanjutnya untuk keperluan publikasi dokumentasi dan jurnalistik fotografer mempersiapkan beberapa foto terbaik tiap acara. Terbaik di sini yaitu sesuai dengan kaidah 5W+1H, dapat menggambarkan suatu acara dan memiliki nilai estetika. Jumlah foto pilihan yang diperlukan bervariasi. Untuk keperluan dokumentasi album di web, seperti di web Picasa, foto yang diunggah sekitar 5-10 foto. Suatu waktu media lain meminta foto untuk kebutuhan foto jurnalistik mereka, oleh karena itu beberap foto tersebut perlu kita siapkan untuk permintaan tersebut. Untuk keperluan jurnalistik, dimuat di media elektronik (artikel berita di web ui, berita foto di fanpage facebook) maupun cetak (majalah), foto yang dibutuhkan 1-3 foto.
            Olah digital diperlukan untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam foto pilihan, dan memperindah foto dalam konteks estetika. Untuk keperluan jurnalistik olah digital dibatasi sebatas memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam foto dan menambah nilai estetika foto tanpa merubah isi/pesan foto, tidak menambahkan atau mengurangi elemen foto. Untuk lebih detilnya aturan foto dalam foto jurnalistik dapat dicari di dalam kode etik foto jurnalistik.
            Dalam mempublikasikan foto, untuk album dokumentasi, berita foto, maupun untuk foto artikel berita, inisial fotografer dimuat. Hal ini sebagai bentuk pengakuan dan penghargaan atas karya fotografer.
            Mengingat teknologi informasi dan komunikasi saat ini, kebutuhan informasi relatif cepat hingga dalam waktu secepatnya (real time). Oleh karena itu, foto yang digunakan untuk, album dokumentasi di web, berita foto maupun untuk artikel di media elektronik perlu disiapkan secepatnya. Persiapan dan pelaksanaan peliputan foto dengan baik oleh fotografer akan memudahkan pengelolaan foto, editing dan publikasi dengan baik. (FPN)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar