Jumat, 03 Juni 2011

Kepergian Yang Tiba-Tiba Di Bulan Juni

tak ada yang lebih tabah
dari hujan Bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

Aku tak ingat dengan jelas apa yang kau katakan saat kita berbicara melalui telepon di tengah masa semester kuliah. Kau kecewa padaku atas suatu hal. Semenjak saat itu kita tak lagi berbicara, saling diam.


Kuliah semester 2 berakhir. Aku segera pulang, ada janji dengan teman untuk mensurvei lokasi reuni teman-teman SMA kelas SBI. Kami pergi ke Sarangan hari Rabu. Masih tengah minggu. Barangkali kita akan bertemu akhir minggu nanti, saat kau pulang bekerja di luar kota.


Ternyata itu tak lagi mungkin. Baru saja kami sampai daerah rumah genduk-ku di Ponorogo, aku dapatkan kabar dari kakak bahwa kau telah tiada. Dengan buru-buru aku mengambil sepeda motorku di rumah teman tanpa memberitahunya apa yang terjadi. Aku hanya sempatkan mampir ke rumah genduk untuk salat dan menyampaikan kabar kepergianmu kepada lainnya.


Larut malam itu jasadmu datang. Kau berada di rumah hingga esok pagi kau dikebumikan. Kata ibu, kalian telah membuat janji bertemu sore tadi di sana. Sayang, kalian pun tak sempat bertemu di saat akhirmu. Ya sudah.


Kamis esok harinya, kakak datang dari kegiatan Diklat Prajabatan di daerah Bogor. Syukurlah ia diberi izin pulang, sehingga segera menyusul pulang. Sudah lengkap kita sekeluarga. Pagi ini, sekitar pukul 11, kami antar dirimu ke tempat istirahatmu hingga nanti dibangkitkan kembali oleh-Nya.




tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu


Dua tahun telah berlalu semenjak kepergiamu yang tiba-tiba. InsyaAllah kakak satu-dua tahun lagi mungkin segera berkeluarga, adik tahun depan masuk SMP, dan aku tahun depan lulus kuliah. Ibu telah pensiun. Aku tidak berpikir pulang untuk bekerja di Madiun. Rencanaku nanti setelah mapan akan mengajak genduk untuk  berkeluarga dan tinggal di Jakarta atau sekitarnya, atau di negara lain kalau ada kesempatan dan dia mau. Tinggal ibu dan adik yang ada di rumah. Semoga ibu segera memiliki aktivitas produktif di rumah di sela aktivitas rumah tangga agar tak merasa sepi.


Ya, sudah dua tahun. Barangkali telah ada beberapa hal yang kami capai yang membuatmu senang. Untuk hal yang kau kecewakan, mungkin tak seketika ku capai. Tapi semampuku akan kulakukan. Dan kalau aku punya anak nanti, insyaAllah akan ku didik dengan menumbuhkan kesadaran pada dirinya. Semoga pada akhirnya kita bahagia dan bangga atas satu sama lain.


tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

Semoga nanti kita sempat bertemu lagi, ayah.
Berkumpul bersama dalam hangatnya keluarga.

Di surga.


Amiin.




Puisi: Hujan Bulan Juni
Karya: Sapardi Djoko Damono

4 komentar:

  1. ini 'genduk'yang kamu maksud siapa sih?
    jangan2 aq ya? ih, aneh...

    baru nyadar,kita dapet nasib sama saat kita mau ultah.Hahaha,jadi inget semua rencana yang udah kususun saat ultahku jadi bubrah semua.:(
    Tapi alhamdulillah masih diberi Alloh kenangan manis terakhir dengannya di Tulungagung beberapa minggu sebelum beliau tiada.

    saat aq ingat beliau,aq ingat2 lagu permintaan terakhirnya yaitu:aq diminta berdoa buat beliau. hanya itu. Dari beliau masih ada sampai pertemuan terkahir kita, beliau ga pernah minta neko2 padaku,tapi aq sebaliknya.hahahahaaa...
    Lalu apa permintaan terakhir ayahmu?

    Hab

    BalasHapus
  2. Kok aneh, nduk? Kan kata 'nduk' kependekan dari 'genduk'.

    Rencana apa di hari ultahmu?
    Syukurlah kamu sempat jadi pergi ke Tulungagung bareng bapakmu waktu lebaran 2 tahun lalu itu.

    Permintaan terakhir? Beliau nggak bilang, tapi secara nggak langsung terakhir kali kami bicara perihal mengaji.

    Kita doakan aja bapak kita istirahat dengan tenang dan bahagia dia akhirat nanti.

    BalasHapus
  3. Nah itu dia, makanya ayo ngaji hehe... Sibuk emang sibuk. Tapi justru dengan kesibukan itu kita perlu ngaji lebih banyak buat menjaga kita. ya kan?

    Amiiin...

    BalasHapus
  4. tulisan yang bagus fand, adah sedih, ada haru...

    BalasHapus